This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 29 April 2015

Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Dengan Perjuangan Fisik



USAHA PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
DENGAN PERJUANGAN FISIK


A.      KEDATANGAN SEKUTU DAN NICA DI INDONESIA
Setelah Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, sekutu kemudian memerintahkan Jepang untuk melaksanakan status quo, yaitu menjaga situasi dan kondisi sebagaimana adanya pada saat itu sampai kedatangan tentara sekutu ke Indonesia.
Pihak sekutu memutuskan bahwa pasukan – pasukan Amerika Serikat akan memusatkan perhatian pada pulau – pulau di Jepang, sedangkan tanggung jawab terhadap Indonesia dipindahkan dari SWPC (South West Pasific Command) dibawah komando Amerika Serikat kepada SEAC (South East Asia Command) di bawah komando Inggris yang dipimpin Laksamana Lord Louis Mountbatten.  Sebelum kedatangan tentara sekutu ke Indonesia, pada tanggal 8 September Laksamana L. L. Mountbatten mengutus tujuh perwira Inggris di bawah pimpinan Mayor A. G. Greenhalgh ke Indonesia. Tugasnya adalah mempelajari serta melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan pasukan sekutu.
Pada tanggal 16 September 1945 rombongan perwakilan sekutu berlabuh di Tanjung Priok. Rombongan ini dipimpin oleh Laksamana Muda W. R. Patterson. Dalam rombongan ini ikut pula C. H. O. Van der Plas yang mewakili pimpinan NICA yaitu Dr. H. J. Van Mook. Setelah itu pada tanggal 29 September 1945 tibalah pasukan SEAC di Tanjung Priok, Jakarta di bawah pimpinan Letjend Sir Philip Chistison. Pasukan ini bernaung di bawah bendera AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Pasukan AFNEI terbagi menjadi 3 divisi yaitu :
§  Divisi India ke-23, di pimpin oleh Mayor Jendral D.C. Hawthorn bertugas di Jawa Barat
§  Divisi India ke-5, di pimpin oleh Mayor J E.C Marsergh bertugas di Jawa Timur
§  Divisi India ke-26, di pimpin oleh Mayor Jendral H.M. Chambers bertugas di Sumatra
Pasukan AFNEI di pusatkan di Barat Indonesia terutama wilayah Sumatera dan Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya, terutama wilayah Timur diserahkan kepada angkatan perang Australia. AFNEI diserahi beberapa tugas sebagai berikut :
§  Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia.
§  Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu
§  Melucuti dan memulangkan tentara jepang
§  Memulihkan keamanan dan ketertiban
§  Mencari dan mengadili para penjahat perang.

Kedatangan sekutu ke Indonesia semula mendapatkan sambutan hangat dari rakyat Indonesia, seperti kedatangan Jepang dulu. Akan tetapi setelah diketahui mereka datang disertai orang-orang NICA (Netherlands Indies Civil Administration), sikap rakyat Indonesia berubah menjadi penuh kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi berubah memburuk tatkala NICA mempersenjatai kembali bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indies Leger). Satuan – satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang kemudian bergabung dengan tentara NICA. Diberbagai daerah, NICA dan KNIL yang didukung Inggris/Sekutu melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para pemimpin nasional.
Untuk meredakan ketegangan tersebut, pada tanggal 1 Oktober 1945 panglima AFNEI menyatakan pemberlakuan pemerintahan Republik Indonesia yang ada di daerah – daerah sebagai kekuasaan de facto. Kerena pernyataan tersebut pemerintah RI menerima pasukan AFNEI dengan tangan terbuka, bahkan pemerintah RI memerintahkan pejabat daerah untuk membantu tugas – tugas AFNEI.
Pada kenyataannya kedatangan pihak sekutu selalu menimbulkan insiden di beberapa daerah. Tentara sekutu sering menunjukkan sikap tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Lebih dari itu, tampak jelas bahwa NICA ingin mengambil alih kembali kekuasaan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa AFNEI telah menyimpang dari misi awalnya. Kenyataan tersebut memicu pertempuran di beberapa daerah seperti Surabaya, Sukabumi, Medan, Ambarawa, Manado, dan Bandung.

B.      PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN SENJATA
1.       Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan sekutu. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasikan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional perlawanan nasional terhadap kolonialisme.
Tentara sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigjen Aubertin Walter Sothern (A.W.S) Mallaby yang berkebangsaan Inggris. Kedatangan pasukan sekutu disambut baik oleh Gubernur Jawa Timur R.M.T.A Soeryo. Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan Brigjen AW.S Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut :
§  Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan Perang Belanda
§  Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman
§  Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar
§  Inggris hanya akan melucuti senjata jepang

Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan sekutu melanggar kesepakatan terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer. Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamphlet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya dan TKR bertekad akan mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak  akan menyerahkan senjata mereka.
Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan perjuangan yang gigih dapat melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital. Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan mengepung dan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun dipihak kita banyak jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C Hawthorn tiba di Surabaya. Dalam perundingan antara pemerintahan RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak sekutu.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio dan Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen A.W.S Mallaby. Kematian Brigjen A.W.S Mallaby itu mejadi dalih bagi Inggris untuk menggempur rakyat Surabaya dan menuntut “menyerah tanpa syarat”.
Pada tanggal 7 November 1945, pemimpin tentara Inggris yang baru, Mayjen E.C Marsergh memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya, dengan isi ultimatumnya adalah :
§  Rakyat Surabaya harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Brigjen A.W.S Mallaby.
§  Rakyat Surabaya harus menyerahkan senjata dan mengibarkan bendera putih sebagai tanda “menyerah”.

Batas waktu yang ditentukan untuk ultimatum ini adalah paling lambat tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 WIB. Jika ultimatum tidak dilaksanakan, maka pasukan Inggris akan mengerahkan pasukan infantri dengan senjata berat untuk menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Oleh karena tepat pukul 22.00 tanggal 9 November 1945 rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Soeryo. Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No. 4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya dan menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu “merdeka atau mati”. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat. Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00. pasukan sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu divisi infantri sebanyak 10.000 - 15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh kapal perang penjelajah “Sussex” serta pesawat tempur “mosquito” dan  Thunderbolt”.
Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat bahu membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR laut dibawah komandan pertahanan Kota, Soengkono. Peristiwa 10 November ini juga tidak lepas dari peran kaum ulama. Ulama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, serta kyai – kyai pesanren lainnya yang mengerahkan santri – santri merekan dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan. Akibat pertempuran tersebut ± 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
Kota Surabaya memang hancur, tetapi pertempuran ini menunjukkan suatu semangat serta sikap pantang mundur para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk mengenang perjuangan arek – arek Surabaya, di kota ini kemudian dibangun Tugu Pahlawan dan setiap tanggal 10 November di peringati sebagai Hari Pahlawan.

2.       Pertempuran (Palagan) Ambarawa
Kedatangan sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro karena akan mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara diam-diam mereka bersama-sama NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Ambarawa dan Magelang. Hal ini menimbulkan kemarahan pihak Indonesia, maka konflik bersenjata tidak bisa dihindari.
Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan tentara Sekutu maka tanggal 2 November 1945  Presiden Soekarno dan BrigJend Bethtel mengadakan perundingan gencatan senjata. Berikut ini 3 dari 12 butir kesepakatan antara pemerintah RI dan pihak sekutu :
§  Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang dalam rangka menyelesaikan tugas pokoknya, yaitu mengurus para tahanan, tetapi dengan jumlah yang terbatas.
§  Jalan raya antara Magelang dan Semarang tetap dibuka bagi lalu lintas tentara sekutu dan masyarakat Indonesia.
§  Sekutu tidak akan mendukung aktifitas NICA dalam badan – badan yang berada di bawah kekuasaannya.

Dalam kenyataannya pihak sekutu melanggar kesepakatannya, salah satunya adalah menambah jumlah pasukannya di Magelang. Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kehadiran Letkol Soedirman memberikan nafas baru kepada pasukan – pasukan RI. Koordinasi diadakan kepada para komandan - komandan sektor untuk menyusun strategi penyerangan terhadap musuh.
Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari Magelang ke Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah  dibawah pimpinan Letnal Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran Ambarawa. Pasukan  Angkatan muda dibawah Pimpinan Sastrodihardjo yang diperkuat  pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta menghadang sekutu di desa Lambu. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan dibenteng Willem, yang terletak ditengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa di kepung. Kerena merasa terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu meninggalkan Ambarawa menuju ke Semarang.
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa. Selain itu tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari jadi TNI AD atau Hari Juang Kartika.

3.       Pertempuran Medan Area
Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oelh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatra dengan membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Sumatra Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal E.T.D. Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Akan tetapi, serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Hal ini menimbulkan konflik dengan TKR dan BPI (Barisan Pemuda Indonesia) pimpinan Achmad Tahir yang merupakan bekas seorang perwira tentara sukarela.
Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Setelah kejadian tersebut pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D Kelly memberikan ultimatum kepada pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan  Area (Batas Resmi Wilayah Medan) di berbagai sudut pinggiran Kota Medan. Tulisan ini semacam “garis polisi”, yang diyakini akan menghambat pergerakan para pemuda dan TKR terhadap pasukan sekutu.
Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan pesawat-pesawat  tempur. Pada bulan April 1946 pasukan inggris berhasil mendesak pemerintahan RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat Medan Area.

Selain di daerah Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan Bukit Tinggi pertempuran berlangsung sejak bulan November 1945. Sementara itu dalam waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran melawan Sekutu. Dalam pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang untuk menghadapi perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal dengan peristiwa Krueng Panjol Bireuen. Pertempuran di sekitar Langsa/Kuala Simpang Aceh semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin langsung oleh Residen Teuku Nyak Arief. Dalam pertempuran ini pejuang kita berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian diseluruh Sumatra rakyat bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.

4.       Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa Merah Putih terjadi tanggal 14 Februari di Manado. Para pemuda tergabung dalam pasukan KNIL Kompeni VII bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohon, dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan. Pada tanggal 16 Februari 1946 mereka mengeluarkan surat selebaran yang menyatakan bahwa kekuasaan diseluruh Manado telah berada di tangan Republik Indonesia. Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Waisan. 
Bendera Merah Putih dikibarkan diseluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan, yaitu sejak tanggal 14 Februari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia memerintahkan pembentukan badan perjuangan pusat keselamatan rakyat. Dr. Sam Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam petisi itu dinyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia. Oleh karena petisi itu, pada tahun 1946, Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui (Irian Barat dan sekarang Papua).

5.       Peristiwa Bandung Lautan Api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada tanggal 17 Oktober 1945. Pada waktu itu para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu, senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan padanya. Bahkan pada tanggal 21 November 1945, TKR dan badan – badan perjuangan melancarkan serangan terhadap wilayah kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preager yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, sekutu menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh para pejuang, ultimatum tersebut tidak diindahkan dan mendorong pasukan TRI untuk melakukan operasi “bumi hangus”. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3).
Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 23 Maret 1945 yakni agar TRI meninggalkan kota Bandung. Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di Jakarta yang diwakili oleh Komandan divisi III TRI Kolonel Abdul Haris Nasoetion memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung walaupun dengan berat hati. Namun sebelum meninggalkan kota Bandung, terlebih dahulu para pejuang Republik Indonesia menyerang ke arah kedudukan - kedudukan Sekutu sambil membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung mengungsi ke luar kota.
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha dan Ramdan  dua milisi Barisan Rakyat Indonesia (BRI). Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo - Halo Bandung”.
6.       Pertempuran Puputan Margarana
Salah satu isi perundingan Linggajati pada tanggal l0 November 1946 adalah bahwa Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda harus sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya ± 2000 tentara di Bali, ikut pula tokoh-tokoh yang memihak Belanda. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai Komandan Resimen Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI. Sementara itu perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati di mana Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Rakyat Bali merasa kecewa terhadap isi perundingan ini. Lebih-lebih ketika Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946 I Gusti Ngurah Rai memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan.
Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal dengan nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga. Pertempuran hebat terjadi pada tanggal 29 November 1946 di Margarana, sebelah utara Tabanan. Karena kalah dalam persenjataan maka pasukan Ngurah Rai dapat dikalahkan.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end) demi membela Nusa dan Bangsa. Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut sebagai kusuma bangsa. Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
Untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I Gusti Ngurah Rai diabadikan menjadi sebuah nama bandara di Denpasar, Bali. Nama Bandara tersebut adalah bandara “Ngurah Rai”. Di samping itu juga dianugerahi sebagai Pahlawan Anumerta.

7.       Peristiwa Westerling di Makassar
Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan yang diangkat tahun 1945, Dr. G.S.S.J. Ratulangie melakukan aktivitasnya dengan membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI). Organisasi yang bertujuan untuk menampung aspirasi pemuda ini pernah dipimpin oleh Manai Sophian.
Sementara itu pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).
Di daerah ini pula, pasukan Australia yang diboncengi NICA mendarat kemudian membentuk pemerintahan sipil di Makassar, karena Belanda melakukan usaha memecah belah rakyat maka tampillah pemuda-pemuda pelajar seperti A. Rivai, Paersi, dan Robert Wolter Monginsidi melakukan perlawanan dengan merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai NICA. Selanjutnya untuk menggerakkan perjuangan dibentuklah Laskar Pemberontak Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tokoh - tokohnya Ranggong Daeng Romo, Makkaraeng Daeng Djarung, dan Robert Wolter Monginsidi sebagai Sekretaris Jenderalnya.
Sejak tanggal 7 – 25 Desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer. Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.

8.       Serangan Umum 1 Maret 1949
Ketika Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada bulan Desember 1948 ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh Belanda. Belanda menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan Belanda pada saat yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat oleh Syarifudin Prawiranegara. Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga masyarakat Yogyakarta juga memberikan dukungan kepada RI. Pimpinan TNI di bawah Jenderal Sudirman yang sebelumnya telah menginstruksikan kepada semua komandan TNI melalui surat Perintah Siasat No. 1 bulan November 1948 yang isinya adalah :
1)    Memberikan kebebasan kepada setiap komandan untuk melakukan serangan terhadap posisi militer Belanda
2)    Memerintahkan kepada setiap komandan untuk membentuk kantong-kantong pertahanan (wehrkreise)
3)    Memerintahkan agar semua kesatuan TNI yang berasal dari daerah pendudukan untuk segera meninggalkan Yogyakarta untuk kembali ke daerahnya masing-masing (seperti Devisi Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat), jika Belanda menyerang Yogyakarta. Untuk pertahanan daerah Yogyakarta dan sekitarnya diserahkan sepenuhnya kepada pasukan TNI setempat yakni Brigade 10 di bawah Letkol Soeharto.

Dengan adanya agresi Militer Belanda maka dalam beberapa minggu kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi. Namun para pejuang mampu melakukan komunikasi melalui jaringan radio, telegram maupun para kurir. Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah PDRI, TNI melakukan serangan secara besar-besaran terhadap posisi Belanda di Yogyakarta. Serangan ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelum serangan dilakukan, terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem kantong-kantong pertahanan (wehrkreise).
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor yaitu :
§  sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual
§  sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono
§  sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno
§  sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki

Pada malam hari menjelang serangan umum, pasukan-pasukan telah merayap mendekati kota dan melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat membantu memperlancar jalannya penyerangan dengan memberikan bantuan logistik. Serangan umum ini membawa hasil yang memuaskan sebab para pejuang dapat menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam yakni jam 06.00 sampai jam 12.00 dan setelah itu pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.
Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang bergerilya di daerah Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari Sumatera berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan harinya peristiwa itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New Delhi, India) dan L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat). 

Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta ini mempunyai dua arti penting yaitu :
§  Ke dalam
a.       Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
b.      Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.
§  Ke luar
a.       Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk melakukan serangan
b.      Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.

Minggu, 15 Maret 2015

Kisi - Kisi US 2015 Pelajaran Sejarah Nasional Indonesia

Minggu, 22 Februari 2015

Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia




HAND OUT
SEJARAH NASIONAL INDONESIA
KELAS XI IPA-IPS
PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN LEMBAGA NEGARA PERTAMA REPUBLIK INDONESIA

TIME LINE
 
A.      PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
1.       Kedatangan Jepang Ke Indonesia
þ  Perang dikawasan Asia Pasifik Pecah setelah Jepang Menyerang pangkalan Militer AS di Pearl Harbour (Hawaii) pada tanggal 7 Desember 1941. Sehingga Jepang berusaha untuk menguasai wilayah di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia
þ  Tanggal 1 maret 1942 Jepang Mendaratkan Pasukanya di Pulau Jawa (Banten, Indramayu, Bojonegoro) dibawah pimpinan Jendral Imamura.
þ  Tanggal 8 Maret 1942 Belanda Menyerah Tanpa Syarat kepada Jepang dilaksanakan di Kalijati, sejak saat itulah kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir dan awal pendudukan Jepang di Indonesia

2.       Jepang Semakin Terdesak Dalam PD II
þ  Kedudukan Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik karena Pulau Saipan yang sangat strategis jatuh ketangan pasikan Amerika Serikat pada bulan Juli 1944.
þ  Jatuhnya Pulau Saipan merupakan ancaman langsung bagi Jepang, apalagi diberbagai wilayah peperangan Jepang juga mengalami kekalahan.
þ  Tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri Koiso memberikan janji kemerdekaan pada rakyat Indonesia. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, maka disetiap kantor diperbolehkan mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang.

3.       Terbentuknya BPUPKI / PPKI
þ  Tanggal 1 Maret 1945, Jendral Kumakichi Harada mengumumkan dibentuknya badan khusus yang bertugas mempersiapkan hal-hal penting yang berkenaan dalam pembentukan sebuah negara merdeka yang bernama Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Junbi Cosakai yang diketuai oleh dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat, sedangkan wakil ketua adalah R Surono.
þ  Anggota BPUPKI terdiri dari 60 orang tokoh bangsa Indonesia dan 7 orang bangsa Jepang
þ  Sejak dibentuk BPUPKI mengadakan dua kali sidang :
è Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945)
ü Sidang pertama dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan 2 orang pembesar militer Jepang, yaitu Panglima Tentara Wilayah Ketujuh Jendral Izakagi yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah Keenambelas Jendral Yuichiro Nagano.
ü Pada sidang pertama membicarakan dasar filsafat Negara Indonesia merdeka yang kemusian dikenal dengan Pancasila.
ü Ada 3 tokoh bangsa yang mengusulkan Dasar Negara Indonesia, Yaitu :
µ Tanggal 29 Mei 1945, Moh. Yamin mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia merdeka, yaitu :
a.    Peri Kebangsaan
b.    Peri kemanusiaan
c.     Peri ketuhanan
d.    Peri Kerakyatan
e.    Kesejahteraan Rakyat
µ Tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia merdeka, yaitu :
a.    Persatuan
b.    Kekeluargaan
c.     Mufakat dan Demokrasi
d.    Musyawarah
e.    Keadilan Sosial
µ Tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila (nama yang diajukan oleh seorang ahli bahasa yang duduk disampingnya). Kelima rancangan dasar yang diajukan yaitu :
a.    Kebangsaan Indonesia
b.    Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c.     Mufakat atau Demokrasi
d.    Kesejahteraan Sosial
e.    Ketuhanan Yang Maha Esa
è Sidang II (10 – 16 Juli 1945)
ü Tanggal 22 Juni 1945, pembentukan Panitia Sembilan/Panitia Kecil, yang beranggotakan :
1.    Ir. Soekarno
2.    Moh. Hatta
3.    Moh. Yamin
4.    Ahmad Subarjo
5.    A.A Maramis
6.    Abdulkahar Muzakar
7.    Wachid Hasyim
8.    H. Agus Salim
9.    Abikusno Tjokrosujoso

ü  Panitia Sembilan ini menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan negara Indonesia merdeka. Dokumen ini dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter), yang isinya sebagai berikut :
1.    Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi para pemeluknya
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan
5.    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
ü  Terdapat perbedaan tentang dasar negara yaitu masalah Sila Pertama dalam Piagam Jakarta ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. A. A Maramis berpendapat apabila mempertahankan sila pertama negara Indonesia akan tepecah belah karena tidak semua rakyat Indonesia beragama Islam, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.  Untuk menyelesaikannya permasalahan tersebut maka sila pertama pada Piagam Jakarta diganti dengan ” Ketuhanan yang maha esa”.
ü  Selain itu terdapat perbedaan tentang bentuk negara Indonesia apakah negara Islam, negara Federal, negara Republik. Maka yang disepakati adalah negara Republik.
ü  Tanggal 7 Agustus 1945, Jendral Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) / Dokuritsu Junbi Inkai dan membubarkan BPUPKI.
ü  PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil ketua Moh. Hatta dan beranggotakan 21 orang. Namun tanpa seizin Jepang. PPKI diambil alih oleh para pemimpin bangsa Indonesia menjadi badan perjuangan milik bangsa Indonesia dengan menambah keanggotaannya menjadi 27 orang.

B.      PERISTIWA – PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI HINGGA TERBENTUKNYA NKRI
1.         Akhir Perang Asia Pasifik
þ Pada tanggal 6 agustus 1945, kota Hirosima dijatuhi Bom Atom oleh pihak sekutu. Alasan kota Hirosima dijatuhi Bom Atom adalah kota Hirosima sebagai pusat pangkalan militer Jepang.
þ Pada tanggal 9 Agustus 1945, tiga tokoh bangsa Indonesia yaitu Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman wedyodiningrat berangkat ke Dallat/Saigon, Vietnam Selatan untuk memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauchi, guna menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia.
þ Pada waktu yang bersamaan dengan keberangkatan ketiga tokoh bangsa Indonesia ke Dallat, Vietnam. Untuk kedua kalinya Jepang dijatuhi kembali Bom Atom oleh pihak sekutu, yaitu kota Nagasaki yang dijatuhi Bom Atom. Alasan kota Nagasaki dijatuhi Bom Atom oleh sekutu adalah kota Nagasaki merupakan pusat Industri militer Jepang.
þ Pihak sekutu memberikan ultimatum kepada Jepang, apabila Jepang tidak mau menyerah pihak sekutu masih akan membom atom kota lain yang ada di Jepang diantaranya Tokyo yag merupakan ibukota Jepang.
þ Dengan hancurnya dua kota penting di Jepang dan ultimatum dari pihak sekutu tersebut maka pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa Syarat kepada Sekutu.
þ Berita kekalahan Jepang oleh Sekutu pertama kali diketahui oleh Sutan Syahrir di Radio BBC Inggris, sehingga setelah kedatangan Soekarno dari Dallat para pemuda mendatangi Soekarno untuk membahas tentang pelaksanaan Proklamasi.

2.         Peristiwa Rengasdengklok
þ Seiring dengan kekalahan Jepang dalam Perang Asia Pasifik, para pemuda yang dipimpin oleh Chaerul Saleh melakukan pertemuan di Gedung Bakteriologi Jl. Pegangsaan Timur No. 17 Jakarta. Pertemuan berlangsung tanggal 15 Agustus 1945 jam 20.00. Mendesak Soekarno – Hatta memproklamasikan kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945. Namun keinginan para pemuda itu ditolak oleh Soekarno.
þ Para pemuda tidak putus asa atas penolakan yang dilakukan oleh Soekarno, mereka mengadakan pertemuan yang kedua di asrama Baperpi pada jam 24.00 menghasilkan keputusan Penculikan Soekarno – Hatta ke Rengasdengklok.
þ Perbedaan pandangan antara Golongan Tua dan Muda diantaranya adalah :
è Gol. Tua (Soekarno, Moh. hatta, dan Ahmad Soebarjo) bersikap hati-hati dalam menyikapi Vacuum Of Power (Kekosongan Kekuasaan), kemerdekaan hanya dimungkinkan melalui wadah PPKI
è Gol. Muda (Sukarni, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh) bersikap Agresif. Mereka menginginkan Proklamasi harus segera dilakukan karena Indonesia dalam dalam Keadaan Vacuum Of Power, dan Golongan Muda tidak ingin Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui PPKI, karena PPKI adalah Bentukan Jepang.
þ Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa atau lebih tepatnya diamankan ke Rengasdengklok, Kerawang. Tujuannya adalah menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang.
þ Ahmad Subarjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakini para pemuda bahwa Proklamasi akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB. Hal ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya.
þ Syudanco Subeno komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.

3.         Perumusan Teks Proklamasi
þ Perumusan naskah teks proklamasi dilaksanakan di rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta.
þ Perumusan naskah teks proklamasi dibuat oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subarjo. Tiap tokoh memiliki sumbangsih pemikiran dalam perumusan naskah proklamasi, diantaranya:
è Pada kalimat pertama merupakan pemikiran dari Achmad Soebarjo yaitu “Kemauan Bangsa Indonesia untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri”.
è Pada kalimat kedua merupakan pemikiran dari Moh. Hatta yaitu pengalihan / pemindahan kekuasaan”.
þ Pelaksanaan pertemuan untuk membahas naskah proklamasi berjalan lancar, pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00. Soekarno membacakan rumusan naskah proklamsi dan langsung disepakati oleh peserta.
þ Sukarni mengusulkan agar Soekarno dan Moh. Hatta yang merupakan ketua dan wakil ketua PPKI untuk menandatangani naskah teks proklamasi atas nama Bangsa Indonesia. Kemudian naskah di ketik oleh Sayuti Melik.
þ Terdapat perubahan pada saat Sayuti Melik mengetik naskah teks Proklamasi, yaitu :
è “tempoh” menjadi “tempo”
è “wakil-wakil bangsa indonesia” menjadi “atas nama bangsa indonesia”.
è “djakarta, 17-8-05” menjadi “djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”.
þ Setelah ditandatangani oleh Soekarno,ada persoalan sedikit terkait dengan tempat dilaksanakanya Pembacaan naskah Proklamasi, Sukarni sudah menginformasikan kepada masyarakat bahwa pembacaan teks proklamasi dilaksanakan di lapangan Ikada (Lapangan Monas). Namun usulan itu ditolak oleh Soekarno dengan alasan keamanan, maka disepakati pembacaan dilaksanakan di Halaman rumah Soekarno yaitu di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00

4.         Terbentuknya Negara dan Pemerintahan Beserta Kelengkapanya
þ Sesudah dibacakan proklamasi, para tokoh disibukan dengan membentuk lembaga kenegaraan ditingkat pusat sampai daerah.
þ Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia baru memiliki wilayah dan rakyat, sedangkan pemerintahan belum terbentuk (syarat negara : Rakyat, Wilayah, Pemerintahan) oleh sebab itu PPKI melakukan sidang agar syarat untuk menjadi negara bisa dilengkapi secepatnya.


è Sidang PPKI I (18 Agustus 1945)
ü Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945
ü Memilih dan menetapkan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden
ü Sebelum terbentuknya MPR, pekerjaan Presiden dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
è Sidang PPKI II (tgl 19 Agustus 1945)
ü Menetapkan 12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan, yaitu :
1.    Kementrian Dalam Negeri
2.    Kementrian Luar Negeri
3.    Kementrian Kehakiman
4.    Kementrian Keuangan
5.    Kementrian Kemakmuran
6.    Kementrian Kesehatan
7.    Kementrian Pengajaran
8.    Kementrian Sosial
9.    Kementrian Pertanahan
10.Kementrian Penerangan
11.Kementrian Perhubungan
12.Kementrian Pekerjaan Umum
ü Membagi republik Indonesia menjadi 8 Propinsi, yaitu :
1.    Sumatera
2.    Jawa Barat
3.    Jawa Tengah
4.    Jawa Timur
5.    Sunda Kecil
6.    Maluku
7.    Sulawesi
8.    Kalimantan
è Sidang PPKI IIi (tgl 19 Agustus 1945)
ü Pembentukan komite nasional
ü Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)
ü Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
þ Pada tanggal 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan bersamaan dengan pelantikan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

5.         Dukungan Spontan dan Tindakan Heroik di berbagai Daerah
þ Rapat raksasa di lapangan Ikada (19 September 1945)
Arti penting (tujuan) Rapat ini adalah :
à Untuk menyambut proklamasi kemerdekaan.
à Memberi dukungan terhadap pemerintahan yang baru terbentuk.
þ Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX (5 September 1945)
Berisi tiga pernyataan pokok, yaitu :
à Menyatakan bahwa Nagari Ngayogyakarta merupakan bagian dari wilayah RI yang berstatus Daerah Istimewa.
à Menyatakan bahwa kekuasaan kedalam dipegang sendiri oleh Sultan.
à Menyatakan bahwa hubungan Sultan dengan pemerintah pusat (Presiden) adalah bersifat langsung.
þ Insiden bendera di Hotel Oranye (19 September 1945)
Merupakan peristiwa perobekan warna biru bendera Belanda oleh arek-arek Surabaya di Hotel Oranye (Yamato)
þ Berbagai tindakan Heroik di daerah
à Peristiwa serbuan (pertempuran) Kotabaru (7 Oktober 1945)
à Pertempuran lima hari di Semarang (15-20 Oktober 1945)
à Pertempuran Surabaya (10 November 1945)
à Pertempuran Palagan Ambarawa (21 November 1945)
à Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945)
à Pertempuran Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)
à Pertempuran Puputan Margarana (18 November 1946)


DAFTAR PUSTAKA

þ  Badrika, I Wayan. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum SMA kelas XI. Jakarta : Erlangga, 2004.
þ  Mustopo, M Habib dkk. IPS Sejarah Untuk  SMA kelas XII. Yogyakarta : Yudhistira, 2011.
þ  Iskandar, M dkk. IPS Sejarah Indonesia Dalam Perkembangan Zaman Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Ganesha, 2007.
þ  Marwati Djoened Poesponegoro: Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia 2. Jakarta : Balai Pustaka, 2009.
þ  www.hismavit.blogspot.com