This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Sabtu, 31 Januari 2015
Jumat, 30 Januari 2015
Historiografi Jepang
HISTORIOGRAFI JEPANG
Pendahuluan
Historiografi merupakan
sesuatu yang melekat dan menandai sebuah masyarakat yang lebih modern.
Penulisan sejarah memperlihatkan keadaan sebuah masyarakat yang ada didalamnya.
Salah satu diantara historiografi yang ada didunia, historiografi dikawasan
Asia timur merupakan salah satu yang paling kentara. Bangsa Asia timur yang
khususnya terdiri dari China, Jepang dan Korea. Ketiga bangsa itu saling
terkait satu dengan yang lainnya. Ketiga negara tersebut Sebelum adanya
bukti-bukti sejarah yang tertulis, kontak dengan dataran Cina sudah terjalin.
China merupakan negara yang
memiliki dominasi cukup besar dalam peradaban di Asia timur. Dan kontak
dengan bangsa Jepang pun terjadi pada kala itu. Diantara unsur-unsur
kebudayaan Cina yang di impor, yang sangat berpengaruh dan membuka lembaran
baru pada kesusastraan Jepang ialah tulisan kanji. Berkat adanya tulisan
kanji, orang Jepang mulai dapat menulis dapat menulis kesusastraannya.[1] Historiografi
Jepang memiliki ciri khusus sepanjang perkembangan yang menjurus kearah
penulisan sejarah domestik. Sejarah merupakan salah satu bidang akademis yang
sangat popular di Jepang dewasa ini. Artinya sejarah beserta penulisannya
sudah dianggap penting. [2]
Sejarah tidak hanya merupakan satu bidang yang popular yang dikerjakan
dengan baik oleh seorang ahlinya, namun penting dalam pencarian masyarakat
Jepang sendiri. Para sejarahwan Jepang
konsisten dalam tujuan yang mereka cari sejak abad ke-8M, para sejarahwan
Jepang telah melihat sejarah sebagai alat untuk menjalankan tata moral dan
politik. Pandangan sejarah yang tertua dan asli timbul ketika Jepang masih
terisolasi dari dunia luar.
Pembahasan
Beberapa aspek dari kebudayaan Jepang berasal dari zaman purba, jauh
sebelum ada catatan tertulis, sehingga sulit menelusuri atau menjelaskan asal
usul aspek-aspek itu. Menulis konon diperkenalkan kepada Jepang oleh seorang
cendekiawan Korea pada 405 SM. Tetapi sejarah dan legenda Jepang paling awal
Jepang, yang dihimpun di Jepang, ditempatkan dalam periode jauh setelah 405
SM. Sejarah dan legenda itu tampil dalam dua kronik dari abad ke-8, Kojiki,
selesai pada tahun 712, dan Nihon Shoki, yang juga dikenal sebagai Nihongi,
selesai pada tahun 720.
Keduanya berasal dari periode ketika ide-ide Cina sangat berpengaruh
dalam kalangan elit Jepang; keduanya menggunakan huruf Cina (Nihon Shoki
bahkan seluruhnya ditulis dalam bahasa Cina) dan keduanya mencontoh cara Cina
menulis sejarah, khususnya dalam cara menentukan periode dan mengumpulkan
bahan sejarah. Kedua kronik itu kadang-kadang mengambil begitu saja
insiden-insiden dan pidato yang telah dipilih dan dikutip seperti aslinya
dari teks bahasa Cina dan memindahkannya kedalam situasi Jepang. Karena itu
sulit kadang-kadang ketika membacanya membedakan fakta Jepang dari gaya Cina.3 Sejarah Jepang tertua ialah Kojoki (tahun
720,”catatan mengenai mengenai masalah-masalah kuno ”) dan Nihon Shoko (tahun 720,”Babad Jepang ”), dimana keduanya merupakan hasil
dari keinginan para penguasa Jepang untuk menjelaskan tata politik dan untuk
menciptakan sejarah bangsa yang dapat dibandingkan dengan sejarah kebesaran
dinasti-dinasti di Cina.
Kojiki (cerita tentang rakyat Jepang dari zaman dewa-dewa melalui
masaberdirinya kekuasaan Yamato sampai dengan berakhirnya pemerintahan Ratu
Suiko pada tahun 628, sumber-sumber
dari Kojiki tidak jelas karena konsepsi-konsepsi historiografinya sulit untuk
diberi penaggalan, Kojiki tidak mengandung isi cerita-cerita kuno mengenai
penciptaan dan pahlawan-pahlawan kebudayaan dan Kojiki juga tidak
menceritakan tentang dewa-dewa, sehingga Kojiki tidak banyak berpengaruh pada
sejarahwan Jepang). Berbeda dengan Kojiki Nihon Shoki, dianggap mempunyai
peranan sebagai sejarah Jepang; pertama, karena ditulis dalam bahasa
Cina dan lebih dekat ke model penulisan sejarah Cina, kedua, penulisan
- penulisan dan Nihon Shoki dianggap lebih memiliki kesadaran dari pada
penulisan Kojiki, dimana mereka memberi pengalaman dan mengungkapkan
kejadian-kejadian, sehingga membentuk suatu kronologis.
Penulisan sejarah resmi kehilangan artinya ketika birokrasi kekaisaran
memberi jalan kepada kekuasaan langsung dari keluarga-keluarga aristokrat dan kaisar ditempatkan
sebagai simbol suci semata. Menjelang abad ke-10, pengumpulan sejarah resmi
telah memberikan jalan pada penulisan-penulisan sejarah partikelir. Monogatori (hikayat-hikayat) dan Kagami (cermin-cermin)
merupakan suatu gaya
sejarah seperti “Cerita Tentang Genji” (Geji Monohgatori) yang ditulis dalam
bahasa Jepang, bukan Cina, merupakan suatu hasil yang menonjol dari
masyarakat aristocrat istana Heian sebagai karya kepunjanggaan.
Sejarah-sejarah baru itu menggabungkan keakraban penulis dengan kecepatan
penulisan. Karya terkenal lainnya adalah Okagami (Cermin Besar) yang merangkai suatu perpaduan sejarah
Jepang sampai abad ke-11, yang menceritakan tentang keluarga Fujiwara yang
kemudian menguasai istana.[3]
Pada Joodai Bungaku terdapat suatu masa yang sangat panjang sekali,
dimana mengandalkan media dari mulut ke mulut (Kooshoo Bungaku). Ciri khas
dari Joodai dimana pada Joodai Bungaku terdapat suatu masa yang sangat
panjang sekali, yaitu dengan mengandalkan media dari mulut ke mulut (Kooshoo
Bungaku). Ciri khas dari Joodai Bungaku ialah:
Ø
Sebagian besar diisi oleh Kooshoo Bungaku yang
berpangkal pada rakyat.
Ø
Selebihnya diisi oleh kepopuleran lirik
individual yang masih segar karena baru saja lahir dan indah karena sudah
memiliki kesempurnaan.
Sedangkan ciri dari Kooshoo Bungaku ialah:
Ø
Shinwa (mitologi)
Ø
Densetsu (legenda)
Ø
Setsuwa (dongeng)
Menjelang abad ke-12 karya sejarah Jepang menunjukan adanya pengaruh
dari Budhisme. Karya-karya pada masa ini dipenuhi dengan rasa belas kasihan.
Kesedihan umat manusia, penderitaan dan kekhawatiran akan kekalahan dimasa
kebobrokan. Mengenai sejarah domestik, pada tahun 1921 timbulnya pusat-pusat
aristokrat militer dan terbentuknya ke Shogun-an (pusat-pusat kekuasaan
militer), menambah dimensi baru pada tugas penafsiran sejarah. Pasca tahun
1890, historiografi Jepang dianggap sudah memasuki masa modern. Ciri-cirinya
antara lain:
Ø
Adanya kesempurnaan dari suatu metodologi
sejarah modern.
Ø
Adanya penulisan studi-studi monografi secara
khusus mengenai pranata-pranata dan aspek-aspek yang khas dari peradaban
Jepang.
Ø
Adanya persiapan-persiapan survey sejarah
umum.
Ø
Adanya penerbitan-penerbitan buku-buku
referensi dan bahan-bahan sumber.
Keterangan tambahan mengenai periode-periode awal dinasti-dinasti
Jepang dapat digali dari apa kata sejarah dinasti-dinasti Cina tentang
Jepang. Tetapi karena dalam bentuk kisah perjalanan, sejarah dinasti Cina yang
paling bermanfaat dapat ditemukan dalam wei chih, bagian dari sebuah sejarah
yang disusun sebelum 297 M. Kisah ini menceritakan tentang kedatangan utusan
dari Wo, sebuah kerajaan di Kyushu, pada
tahun-tahun pertengahan abad itu. Kerajaan Cina mengirimkan utusan balasan ke
Wo pada tahun 249 M, membawa serta cenderamata berupa pedang dan cermin, dan
para anggota utusan itu kembali pulang membawa cerita-cerita tentang orang
Jepang, yang dicatat dengan cermat.
Cerita-cerita dalam catatan itu
sepenuhnya dapat dipercaya: orang Jepang bertanam biji-bijian, termasuk padi,
dan juga murbai; mereka pandai bertenun dan mengayam, tetapi tidak memelihara
kuda, sapid an domba; mereka suka sekali minum-minuman keras; mereka
menghormati orang yang lebih tinggi kedudukannya dengan berjongkok atau
berlutut di tepi jalan dengan kedua telapak tangan tertungkup ke tanah.
Catatan itu juga mengungkapkan bahwa orang Jepang memakai cacah di wajah
mereka dan membuat lukisan-lukisan dengan cat pada tubuh mereka untuk
menunjukkan kedudukan mereka; kisah ini diperkuat dengan temuan arkeologi.
|
DAFTAR PUSTAKA
Asoo, Isoji Sejarah Kesusastraan Jepang. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 1983.
Beasley, Pengalaman Jepang. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003.
[1] Isoji
Asoo, Sejarah Kesusastraan Jepang (Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia, 1983), hh. 1-2.
[2] Taufik
Abdullah, Ilmu Sejarah dan Historiografi (Jakarta : PT. Gramedia, 1985),
h. 89.
3 W.G.
Beasley, Pengalaman Jepang (Jakarta
: Yayasan Obor Indonesia,
2003), hh. 2-3.
Langganan:
Postingan (Atom)